Ada yang sedikit sakral saban tanggal 14 Febuari, bagi muda-mudi dewasa ini, mereka –yang merayakan- mendaulat Valentine days sebagai hari kasih sayang, walaupun dalam kamus bahasa manapun kita gak akan nemuin arti Valentine’s day sebagai hari kasih sayang. Salah satu sejarah populer mengungkapkan valentine’s day merupakan sebuah perayaan untuk menghormati kematian seorang pendeta kristen yang beragama Nasrani Santo Valentino, pendeta tersebut mempunyai anjuran kepada muda-mudi untuk kawin muda dan ia juga melindungi orang-orang yang lagi kasmaran (pacaran). Setelah kematian pendeta Santo Valentino, saban tahun tepat tanggal 14 Febuari, banyak para pengikutnya dan orang-orang yang sedih karena kematiannya memperingati hari kematiannya. Setiap tahun bergulir akhirnya berubahlah perayaan peringatan itu menjadi perayaan sakral yang bernama Valentine’s day.
Lalu bagaimana perayaan valentine oleh orang barat dapat sampai ke Indonesia? Jawabannya adalah arus globalisasi. globalisasi adalah upaya pengglobalan atau penyatuan segala aspek kehidupan sehingga menjadi sama dan seragam tanpa ada perbedaan. Begitu juga dengan Valentine’s day merupakan “buah tangan” dari globalisasi, seiring arus globalisasi yang semakin deras, yang mana media-media menjadi tunggangannya. Segala kebudayaan barat, mau yang baik ataupun yang tidak baik dengan mudah sekali masuk ke Indonesia dan diterima bahkan diikuti oleh masyarakat Indonesia. Karena pengaruh yang luar biasanya globalisasi itu Nicholas Negroponte dan Kenichi Ohmae menulis bahwa pengaruh dari globalisasi dimana bentuk negara kebangsaan akan “menguap” dan digantikan oleh sebuah negara ‘cyber’ internasional.
Di antara para ulama zaman sekarang yang telah menjelaskan dampak negatif merayakan Valentine’s day adalah Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin. Adapun dampak negatif dan penyebab merayakan hari Valentine itu tidak boleh ialah alasan berikut:
1.Valentine’s day merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya dalam syari’at Islam.
2.Merayakan Valentine’s day dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para shalafush shalih (para pendahulu kita dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak hal melakukan hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan gemar ikut-ikutan.
3.Di antara dampak buruk lain bagi orang yang ikut serta merayakan Valentine’s day adalah ikut mempopulerkn ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam.
4.Dampak buruk lainnya, bahwa dengan merayakan Valentine’s day berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung, dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at sholatnya telah membaca ayat (artinya): “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please