Apa yang membuat pengkhianatan itu terjadi? Sementara aku tak pernah sekalipun melakukan itu padamu. Rasa sakit ketika kesetiaan itu tidak dihargai sangat sulit kututupi. Bagaimana bisa kamu meninggalkanku untuk seseorang yang belum tentu lebih baik dari aku? Bagaimana bisa kamu memilih pergi ketika perasaanku semakin dalam padamu? Bagaimana bisa kamu lelah akan sikap burukku sementara aku pantang menyerah menerima keburukanmu?
Apakah ini cinta?
Mereka bilang, pasangan yang akan Anniversary bakal mendapat ujian hubungan yang berat?
Kadang kuharap, ini memang ujian. Dan kuharap kita akan lulus dan kembali ke tingkat yang lebih tinggi. Akan tetapi, aku sadar. Untuk apa aku berharap dan berjuang melawan kebencianku sementara kamu tetap ingin terlepas.
Kekecewaan dan rasa sakit yang kamu berikan rupanya belum memuaskanmu. Entah apa yang membuatmu sangat membenciku demi seorang sosok ketiga itu. Sosok ketiga yang bahkan baru kamu kenal. Rasanya ada yang menghantam di jantungku ketika aku harus menyadari perubahan pada dirimu. Apakah tak ada sedikitpun rasa yang masih tertinggal untukku? Sebenci itukah kamu padaku hanya karena aku berusaha memperjuangkanmu dari orang ketiga yang merebutmu dariku?
Aku sadar... Aku sangat bodoh di situasi ini. Tak ada seorangpun yang mendukung perjuanganku yang memperjuangkan seorang pengkhianat. Tentu saja mereka berharap aku mendapatkan seseorang yang lebih menghargaiku. Tentu saja...
Aku rapuh. Aku membenciku seperti kamu membenci diriku. Aku membenciku yang tidak mampu balas membencimu.
Ketika aku memutuskan untuk pertama kalinya memiliki dan dimiliki oleh seorang yang kusayang, haruskah seseakit ini?
Waktu... Kupikir hanya waktu yang dapat mengobati luka yang kamu goreskan. Tapi nyatanya, luka itu terlalu dalam hingga tak juga terobati. Dan waktu, hanya membantuku untuk terbiasa dengan luka itu.
Ketika orang-orang yang lebih peduli dikirimkan oleh Tuhan, aku masih belum mampu melupakan kamu. Namamu masih mendiami satu-satunya rumah di hatiku. Meskipun rumah itu sudah hancur berantakan ditinggal oleh kamu. Dan aku belum siap mengizinkan salah satu dari mereka masuk ketika namamu masih berada di sana. Aku ingin membereskannya sebelum membiarkan dia masuk. Membereskan, seakan aku yakin kamu tidak akan pulang. Iya, mungkin kamu tidak akan pulang karena kamu sudah menemukan tempat yang lebih indah dari rumah. Seandainya kamu tahu, bahwa di sinilah rumahmu dan tempat itu hanya persinggahan.
Tapi mungkin memang seharusnya aku membereskannya segera. Mungkin dia akan menjaga rumah itu lebih baik dari pemilik sebelumnya.
***
Lalu dia berbisik, "Bolehkah aku membantumu membereskannya? Bukankah sesuatu yang dikerjakan bersama akan lebih cepat dan mudah?"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please