Ini dia lanjutannyaaa... Happy Reading !!
Mimpi
hanyalah bunga tidur. Mimpi dapat membantumu dalam memilih jalan hidup. Mimpi
dapat memberimu imajinasi lebih besar. Namun mimpi adalah refleksi paling jujur dari diri kita. Mimpi dapat mengikutimu kemanapun, meski
kau sudah meninggalkannya. Mimpi buruk akan terus terbayang di pikiranmu sampai
kau mau melupakannya. Mimpi dapat memberimu inspirasi namun juga dapat
menjatuhkanmu. Ketika kita terbangun dan masih terpikir mimpi kita, itu artinya kita belum sepenuhnya bangun. Dan setelah kau lupa segala isi mimpimu, itu berarti kau sudah sepenuhnya sadar.
Kubuka mataku perlahan. Dengan pandangan samar dan mata letih, kulihat gigi-gigi tajam tepat di depan mataku. Gigi besar itu tersenyum hendak menyantapku.“Akhirnya…” Ujar gigi-gigi itu. Namun seperti nada khas suara Ibu. Oh, ibukah serigala itu?
Kepalaku serasa dipukul. Pusing, sangat pusing. Aku tak sanggup lagi menahan mataku.
Kubuka mataku perlahan. Dengan pandangan samar dan mata letih, kulihat gigi-gigi tajam tepat di depan mataku. Gigi besar itu tersenyum hendak menyantapku.“Akhirnya…” Ujar gigi-gigi itu. Namun seperti nada khas suara Ibu. Oh, ibukah serigala itu?
Kepalaku serasa dipukul. Pusing, sangat pusing. Aku tak sanggup lagi menahan mataku.
***
“Sampai kapan kau akan terus tidur?” Teriak Lucie.
Mataku mulai mencoba terbuka, “Roxanne tadi kemari tapi kau susah sekali untuk dibangunkan. Jadi dia kembali pulang.” Sambungnya.
“Sampai kapan kau akan terus tidur?” Teriak Lucie.
Mataku mulai mencoba terbuka, “Roxanne tadi kemari tapi kau susah sekali untuk dibangunkan. Jadi dia kembali pulang.” Sambungnya.
Aku duduk dan memandang sekitarku. Aku berada di kamarku. Tempat tidur yang berada di atas ruangan. “Cepatlah bangun.”
***
Semuanya
benar-benar membuatku bingung. Lalu, Akupun membawa keranjang makanan dan
mengenakan kerudung merahku. Aku akan membuktikan yang sebenarnya terjadi.
“Apa
yang terjadi padamu Valerie?” Tanya Lucie Aku
hanya membalasnya dengan sedikit gelengan kepala.
“Aku
tak percaya kau bisa tidur dari sore hingga pagi.” Gerutu Lucie.
***
Setelah
kakiku melangkah begitu jauh dengan dipenuhi rasa gugup, akhirnya aku berada di
sana. Di depan rumah nenek. Aku
menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Kubuka pintu dengan
cepat.
Aku
tersenyum senang. Aku berlari memeluk mereka. Mereka, ibu dan nenek. Mereka
terpaksa menghentikan perbincangan mereka untuk menerima pelukan aneh dariku.
“Ada apa denganmu, sayang?” Tanya nenek.
“Kau menyusul ibu? Ibu tadi hendak mengajakmu, tapi kau tidak mau bangun, Cuma membuka mata sedikit dan tidur lagi.”
“Benarkah? Malas sekali cucu nenek.”
Aku tak menghiraukan mereka. Aku tetap memeluk mereka erat. Nenek segera memeriksa badanku. “Maafkan nenek karena membuatmu pingsan begitu lama.”
“Nenek sangat mengkhawatirkanmu, Valerie.” Tambah ibu.
“Untung badanmu kecil, jadi nenek mampu menggendongmu dari pasar hingga rumahmu, sayang.”
Oh! Aku mengerti! Aku tahu yang sebenarnya terjadi di sini.
***
Setelah
puas memastikan keadaan nenek dan memeluk nenek dan ibu. Aku segera pamit pulang
mendahului ibu.
“Valerie.”
Panggil seseorang. Aku
berbalik memandangnya. Peter.
“Kau dari rumah nenekmu?”
Aku mengangguk. “Kebetulan tugasku sudah selesai. Ayo jalan-jalan.” Ajaknya.
“Baiklah.”
“Aku
tahu tempat di bagian hutan yang di cuaca seperti ini, terlihat bagus.”
“Tidak,
kali ini aku yang menentukan tempatnya.”
“Baiklah.
Kalau begitu kita kemana?”
“Ke
pasar di desa.”
Aku
segera berjalan memulainya. Peter mengikutiku dengan ekspresi anehnya. Aku
hanya tersenyum melihatnya.
“Kau
mau mendengar ceritaku sambil berjalan?” Tawarku.
“Tentu.”
Aku segera menceritakan mimpi aneh dan menakjubkanku itu padanya. Begitu panjang. “Bagaimana denganku?”
“Kau tidak ada.”
“Bagaimana
bisa. Oh, itu tidak adil.”
Kami tertawa bersama.
“Kau hebat sekali, dapat tidur selama itu.” Pujinya setengah menyindir.
***
Kami tiba. Dan tidak ada pedagang daging mengerikan itu di sana. Sedangkan pedagang ikan dan kain itu masih hidup. Mereka begitu terlihat bersemangat, dan tak ada hal yang menuduh bahwa mereka serigala.
“Ada
yang mau kau beli nak?” Tanya pedagang ikan yang menyadari bahwa sedari tadi
kami memperhatikan dia dan istrinya yang sedang sibuk berdagang.
Aku menatap Peter, yang juga menatapku. Akupun berlari dan langsung meninggalkan Peter. Peterpun segera mengejarku. Aku kembali seperti dulu. Menjadi anak kecil, yang bermain ceria.
BY : LIA AYU KUSUMANINGRUM
**********************************************************************************
Jadi, gimana? bagus gak?
sorri, kurang seru ya endingnya? :(
Aku emang gak jago bikin ceritaa..
maapp, kalo boleh minta coment-nya dong...
hallo
ReplyDeletesalam kenal ya
kerenn!!!
ReplyDelete