--- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice --- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice ---
RSS

Friday, March 30, 2012

Aku takut pelajaran itu


Hai, mau dengar ceritaku? Atau lebih tepatnya kisah, atau curahan hati, atau… Entahlah.
Jadi ini tentang aku dan sebuah mata pelajaran. Pelajaran apa itu? Kau akan tahu nanti, bersabarlah. Jadi, sepertinya aku tidak terlalu suka pelajaran ini. Sebenarnya aku suka, hanya saja itu terkadang. Maksudku aku emm… lupakan. 

Hari itu, aku sangat malas untuk bangun. Apalagi menggapai tasku dan berangkat sekolah. Aku merasa malas. Aku terus berdo’a semoga pagi ini akan hujan deras. Bukan agar aku bisa membolos. Aku tidak akan membolos. Karena aku tidak pantas jika teman-temanku atau siapapun tahu aku membolos. Aku tidak bandel seperti anak-anak yang biasa membolos. Aku ini… Kurasa aku tak perlu memuji diriku sendiri. Siapa tahu kau tak suka, sebenarnya aku tidak peduli kau suka atau tidak. Tapi aku berusaha menghemat energi dari jari-jariku yang kugunakan untuk mengetik cerita –baca: bercerita- saat ini.

Oh, aku baru sadar, sepertinya energiku lebih terkuras setelah aku menulis penjelasan itu. Haruskah aku menghapusnya? Sepertinya akan membuang energi lagi? Oke, anggap saja bagian itu tidak ada.

Sepertinya aku telah berputar-putar lama. Baik, langsung saja. Do’aku hari itu dikabulkan. Pagi itu benar-benar hujan. Dan, bukannya aku membolos. Hanya saja tetap berangkat dan masih berdo’a semoga kegiatan itu dibatalkan. 

Terkabul lagi.

Kami semua, satu kelas tidak jadi pergi ke tempat itu. Tempat yang disana terdapat kolam renang yang kurang menarik. Em, maaf. Aku tidak bermaksud menghina. Hanya saja, aku jujur. Tidak ada seluncuran, atau pernak-pernik yang dapat mempercantik kolam.

Jadi, sebenarnya aku tidak mengharapkan renang itu. Aku tidak terlalu suka renang. Harusnya aku suka, hanya saja sayangnya aku tidak bisa. Jika aku bisa, aku pasti suka. Hm, aku tidak bisa berenang. Aku juga akan terlihat pucat karena kedinginan di dalam sana. Aku alergi dingin. Menyebalkan ya? Do’akan aku mendapat keajaiban sehingga dapat sembuh secepatnya tanpa menghabiskan banyak uang.

Teman-temanku sedih, sebal, dan begitulah. Guruku tidak dapat menanggung resiko jika berenang ditengah hujan, yang mungkin akan bertambah deras. Saya setuju. Maka, pelajaran itu diganti dengan materi… emm… aku malas membahasnya.

Minggu depannya, aku masih belum siap. Oh, aku benar-benar malang. Aku memang tidak pandai –baca: bisa- dalam pelajaran olahraga. Seperti seminggu yang lalu, Tasku terasa tak begitu berat, sebut saja ringan. Meskipun aku harus menggendong buku pelajran bahsa inggris dan ekonomi, ditambah perlengkapan renang. Tapi sungguh, itu ringan. Karena hari ini Jum’at, kami pulang lebih awal. Kau tahu, di hari-hari biasa dapat dibilang kami menggendong beras satu karung. Sangat berat. Pelajaran banyak, dengan buku paket super tebal. Dan bisa saja, dalam satu pelajaran ada dua buku paket tebal ditambah buku tulis paket –baca: buku kwarto-Seperti contohnya Fisika. Oh, badanku ini tidak tinggi, bukan pendek, hanya tidak tinggi. Dan tiap pagi kecuali Minggu dan Jum’at aku harus menggendong sekarung beras ke sekolah. Nasib oh nasib. Ibuku bilang justru dapat membuat badanku tegap, semoga. Namun bagaimana jika aku makin tidak tinggi? Oh, cukup cerita tentang masalah badanku.

Aku masih berdo’a, seperti minggu lalu. Dan Tuhan memang baik hati dan mengerti aku. Mungkin kasihan. Tapi bukankah lebih baik jika kasihan, dan memberi keajaiban padaku untuk bisa berenang dengan canggih. Hmm…

Guruku bilang, selain hujan, faktor lain juga mendukung batalnya renang. Sekolah lainjuga ke tempat itu, pagi ini. Dan, pastinya akan tidak nyaman. Apalagi, kolam renang di sana tak begitu luas. Jadi, batal.
Yesss..!!

Teman-temanku meluapkan emosinya dengan kecemberutan, dan beberapa kalimat. Bukan kalimat buruk, hanya kalimat luapan sebal. Selain aku ada juga yang bersyukur karena renang batal. Para siswi yang sedang berhalangan.

Jadi, hanya akulah di kelas ini yang sangat buruk, tidak bisa berenang. Memalukan. Rasanya aku ingin sekalian menaiki kapal pesiar, lalu menceburkan diri ke laut terdalam di dunia. 
Dan berteriak, “Liat nih, gue beneran gak bisa renang!”
Dan, karena aku takut, aku berusaha sekuat tenaga untuk berenang. Dan, well, ajaib. Aku bisa renang gaya papun. Gaya biasa hingga gaya tersulit yang guruku sekalipun tidak bisa.
‘ But, gimana caranya gue pulang yah? Nggak mungkin gue renang sampe balik ke Indonesia, terus jalan kaki ke Kudus.’

Well, lupakan.



Jum’at seminggu kemudian…
Aku pasrah, aku tidak lagi berdo’a semoga renang dibatalkan. Karena, membosankan saja jika selanjutnya, lagi, dan lagi, renang batal, dan tetap berencana renang, hingga olahraga lain tak tersentuh.

Jadi, benar saja. Aku tidak memohon agar renang batal, dan benar renang tidak batal. Hanya saja, aku merasa malas dan suntuk hari ini. Apalagi, pagi ini aku menunggu sangat lama untuk berangkat sekolah bersama kakak laki-lakiku. Bukannya aku bersemangat, hanya saja aku malu jika sampai telat, dan terlantar, berlari eminta kartu izin, lalu entah… Aku tidak pernah telat, mungin biasanya hanya hampir telat. Karena sungguh, kakakku ini sangat lama jika hendak berangkat sekolah. Aku terus saja cemberut.

Sempat aku berpikir, tak apa kalau telat. Jadi teman-temanku sudah berangkat ke sana dengan mobil angkutan –baca: mobil sewaan yang mewah-. Lalu aku akan di kelas sendirian, tidak renang. Jadi, apa yang akan kulakukan. Baiklah, itu tidak akan terjadi, aku tidak mau. Aku tidak suka menunggu, atau tidak melakukan apapun, sendirian. Aku benci sendirian, tanpa hal-hal mengasyikan. 

Akhirnya kami berangkat, sangat kesiangan. Dan, ternyata dalam 25 persen perjalanan, aku baru ingat aku belum membawa sesuatu yang penting untuk renang. Menyebalkan. Kami harus kembali. Kakakku tidak marah, itu karena tadi aku juga menunggunya sangat lama.

“Terima Kasih” Ujar mesin pengabsen modern –baca: finger print-.
Aku tiba disana pukul 06.58 WIB. Aku benar-benar hampir telat, maksudku dua menit lagi aku akan resmi dikatakan telat.

Oke, aku segera menuju kelasku. Teman-temanku sudah di luar kelas, dengan pintu kelas tertutup, tapi belum terkunci. Mereka sudah siap berangkat.

Aku masuk kelas sebentar,  hendak meninggalkan buku pelajaran di lorong meja. Seperti teman-temanku yang lain. Sehingga tasku hanya akan berisi perlengakapan renang. 

Oh tidak, jangan! Pintu ditutup dan sebuah tralis ditarik untuk menjaga pintu. Seseorang tengah mengunci tralis itu. Aku berteriak dari dalam kelas, tepatnya pojok kelas. Karena kursi di pojok kelas itulah yang saat ini masih kosong.

Aku berteriak sangat keras, menurutku. Tapi orang itu tidak berhenti. Terpaksa aku menghentikan penyisihan buku, dan segera berlari ke pintu. Lalu, masih berteriak hingga menggedor-gedor pintu.
Jika tidak juga dibuka. Maka aku akan membuat keributan kecil yang menimbulkan suara, seperti memecah kaca di kelas, atau membanting kursi. Jika tidak dibuka juga, aku akan memecah kaca jendela, lalu melompat dari sana. Jika mereka sudah berangkat, aku tidak mau menunggu sendirian di kelas. Aku akan pulang.

But, I didn’t.

Karena setelah aku berteriak di dekat pintu, mereka langsung membukanya. Dia tersenyum minta maaf, dia tidak tahu kalau aku masuk dulu. Tiga orang di sana, yang lain sudah menuju depan sekolah. Akupun meminta mereka menunggu, selagi aku melanjutkan penyisihan buku. Hanya sebentar.

Dan, kami keluar bersama. Aku masih dengan wajah sebalku.
Kami berangkat.
Kami tiba.
Kami ganti baju.
Kami mencebur ke kolam.
Mereka berenang.
Dan aku, emm… melakukan sesuatu di kolam renang namun tak dapat disebut berenang.

Dan semua itu membuatku malu.


-------------------------------------------------------------------
Dan sekarang, hari ini, saat ini, disaat aku mengetik tulisan ini, aku GALAU!!
Beberapa hari lagi, aku harus kembali melakukan sesuatu di kolam renang namun tak dapat disebut berenang, dan bersama dengan anak-anak sepuluh dua –kelas sebelah / kelas tetangga X1-

Aku galau.
Aku ingin tak berangkat saja hari itu. Atau hanya seperti biasa, dan nanti akan menahan malu lagi, dan nanti akan lebih berlipat. OMG! Help Me? Adakah keajaiban?

Tunggu..
Kenapa aku tidak bisa dan tidak suka berenang? Aku ingin bisa. Sungguh. Tapi, dulu sekali saat aku kecil. Aku pernah hampir tenggelam di kolam renang, ketika sedang diajak berenang kerabatku. Aku masih ingat jelas saat itu. Dan aku… takut.

No comments:

Post a Comment

Leave a comment, please