--- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice --- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice ---
RSS

Tuesday, July 1, 2014

Forgive You

Memaafkan bukan berarti melupakan.
Aku memaafkanmu karena aku sadar kamu pernah menjadi sahabat yang baik. Kamu pernah menjadi kekasih yang baik. Lalu kamu menjadi mantan yang buruk, dan orang asing yang sama sekali tidak kukenal. Tapi aku memaafkanmu ketika kamu berniat kembali menjadi teman yang baik.

Siapa yang tahu kalau hubungan kita yang menjadi teman justru mengembalikanku pada penjara yang kamu buat. Mungkin seharusnya kamu tidak kembali. Mungkin seharusnya kamu tetap menjadi orang asing. Namun aku tidak dapat mencegah niat baik seseorang untuk meminta maaf, dan berkata dia menyesal. Baiklah, mungkin Tuhan ingin menjadikanku pribadi yang lebih tegar dan pemaaf.

Aku memaafkan kamu. Benar-benar memaafkanmu meskipun aku tidak bisa melupakan pengkhianatan yang kamu buat, dan kebencian yang kamu rasakan padaku waktu itu. Aku tidak bisa untuk tidak menoleh ke belakang untuk mengingat kekacauan apa yang kamu buat pada hubungan kita. Seandainya kamu benar-benar menyesal dan tidak akan pernah melakukannya lagi. Ya Tuhan, apakah aku berharap kamu meminta maaf berarti kamu pulang kembali padaku?
Aku menepis harapan itu. Aku sudah lelah berharap. Aku sudah lelah menunggu.

Lagi pula, mereka sudah terlanjur berharap padaku. Mereka menungguku sejak aku masih kacau karenamu. Dan mereka ada ketika aku masih memikirkanmu.
Salah satu dari mereka mungkin orang yang tepat dan tidak akan meninggalkanku, seperti yang kamu lakukan.

Aku memaafkanmu, bukan berarti kita otomatis kembali jadi pasangan.
Lalu bagaimana bisa kamu berpikir demikian ketika aku berhasil menepis harapan itu?
Bagaimana bisa kamu cemburu ketika aku menemui laki-laki yang bukan kamu?
Bagaimana bisa kamu marah ketika aku tidak mengakuimu sebagai kekasihku lagi?

Maka kitapun berada pada jalan kita masing-masing. Kamu yang kembali jadi orang asing dan aku dengan kepayahanku yang masih memperhatikanmu diam-diam. Orang asing menyebalkan yang masih kupedulikan membuatku terjebak lagi. Seburuk itukah keadaanmu tanpa aku? Dan sebegitu menyesalnya kah kamu atas perbuatanmu?

Aku terjebak pada kebimbangan. Aku ingin memilih salah satu dari mereka yang akan membawaku pada kisah baru. 'Dia lebih good-looking, satunya lagi lebih tajir, kalau dia lumayan keren dan tajir juga. Dan mereka selalu baik padaku.' Aku terus meyakinkan diri sendiri dengan memuji mereka  sementara aku tahu hanya kamu yang bisa membuatku nyaman. Aku membujuk hatiku untuk mengabaikanmu sementara hatiku berteriak masih menginginkanmu.
Aku bisa apa?