--- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice --- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice ---
RSS

Saturday, January 25, 2014

Dandelion, Angin, dan Kita

Aku adalah satu diantara sebanyak orang di sekelilingmu. Satu orang yang mengamati orang yang bahkan tidak menyadari. Kadang aku berharap kamu menemukanku.
Namun keberadaanku terhalang oleh mereka yang lebih kau hiraukan.
Tapi aku di sini.
Mengamatimu dari kejauhan. Seperti Dandelion.

*


Ya, aku hanya dandelion diantara padang ilalang.
Nyaris tidak terlihat. Nyaris tidak dihiraukan.
Tapi aku ada di sini. Menunggu angin menghampiriku.

Aku tidak semempesona bunga mawar, atau seharum bunga melati. Akupun tidak sebanding dengan bunga matahari yang nampak ceria dan percaya diri.
Tapi aku ada di sini. Menjadi satu dari ribuan jenis bunga di bumi.

Aku hadir di sini.
Menunggu angin menghampiriku.
Ketika waktuku tiba,
Angin akan menjamahku.
Angin yang akan membawaku terbang, terbebas dari segala himpitan.
Dan aku yang sedari dulu mengharapkanmu akan terbebas. Aku akan lepas bersama angin. Angin yang membantuku merasakan keindahan. Sebab saat itulah, mereka akan terpesona olehku.
Aku menyukainya.
Ketika mereka menyadari keindahan natural yang sempat tak mereka hiraukan.
Aku kini di sini. Dandelion yang terbang bersama angin. Kami bersama menciptakan keindahan.
Lantas aku akan kembali ke awal.
Saat angin tak lagi membawaku terbang. Saat ia menjatuhkanku dan tak mau mengajakku menari bersamanya. 'Mungkin' akan tiba saatnya.
Aku akan jatuh. Aku akan kembali ke tempat aku datang.
Lalu aku kembali menjadi Dandelion diantara ilalang. Aku kembali terhimpit. Aku kembali nyaris tak terlihat.
Namun hidup tetap berlanjut.
Di antara ketidakmengertianku, aku bahagia.
Aku tetap menjalani siklusku.
Aku kembali mengagumimu.
Aku kembali iri pada bunga-bunga di taman.
Aku kembali menantikan anginku yang baru.

Dandelion putih yang menantikan anginnya. Bersama angin menciptakan keindahan kembali.

Tapi saat ini, bolehkah.. Untuk saat ini aku hanya menikmati keindahan terbang bersama angin dan melupakan dunia?
Bolehkah aku tidak peduli suatu saat angin 'mungkin' akan menjatuhkanku? Hanya aku bersama angin. Keindahan dan kebebasan.





Thursday, January 23, 2014

Angin, Hujan, dan Sakit Hati

Kenapa ada angin?
Agar orang-orang tahu kalau ada udara di sekitarnya.
Tiap detik kita menghirup udara, kadang lupa sedang bernafas.

Tiap detik kita berada dalam udara, lebih sering tidak menyadarinya.

Angin memberi kabar bagi para pemikir
Wahai, sungguh ada sesuatu di sekitar kita
Meski tidak terlihat, tidak bisa dipegang.

Kenapa ada hujan?
Agar orang-orang paham kalau ada langit di atas sana
Tiap detik kita melintas di bawahnya, lebih sering mengeluh
Tiap detik kita bernaung di bawahnya, lebih sering mengabaikan

Hujan memberi kabar bagi para pujangga
Aduhai, sungguh ada yang menaungi di atas
Meski tidak tahu batasnya, tidak ada wujudnya

Begitulah kehidupan.
Ada banyak pertanda bagi orang yang mau memikirkannya.

Kenapa kita sakit hati?
Agar orang-orang paham dia adalah manusia
Tiap saat kita melalui hidup, lebih sering tidak peduli
Tiap saat kita menjalani hidup, mungkin tidak merasa sedang hidup
Sakit hati memberi kabar bagi manusia bahwa kita adalah manusia
Sungguh, tidak ada hewan, binatang yang bisa sakit hati
Apalagi batu, kayu, tanah, tiada pernah sakit hati

Maka berdirilah sejenak, rasakan angin menerpa wajah
Lantas tersenyum, ada udara di sekitar kita.

Maka mendongaklah menatap ke atas, tatap bulan gemintang atau langit biru bersaput awan..
Lantas mengangguk takjim, ada langit di sana.

Maka berhentilah sejenak saat sakit hati itu tiba, rasakan segenap sensasinya..
Lantas tertawa kecil atau terkekeh juga boleh, kita adalah manusia.

* Tere Liye