Namun keberadaanku terhalang oleh mereka yang lebih kau hiraukan.
Tapi aku di sini.
Mengamatimu dari kejauhan. Seperti Dandelion.
*
Ya, aku hanya dandelion diantara padang ilalang.
Nyaris tidak terlihat. Nyaris tidak dihiraukan.
Tapi aku ada di sini. Menunggu angin menghampiriku.
Aku tidak semempesona bunga mawar, atau seharum bunga melati. Akupun tidak sebanding dengan bunga matahari yang nampak ceria dan percaya diri.
Tapi aku ada di sini. Menjadi satu dari ribuan jenis bunga di bumi.
Aku hadir di sini.
Menunggu angin menghampiriku.
Ketika waktuku tiba,
Angin akan menjamahku.
Angin yang akan membawaku terbang, terbebas dari segala himpitan.
Dan aku yang sedari dulu mengharapkanmu akan terbebas. Aku akan lepas bersama angin. Angin yang membantuku merasakan keindahan. Sebab saat itulah, mereka akan terpesona olehku.
Aku menyukainya.
Ketika mereka menyadari keindahan natural yang sempat tak mereka hiraukan.
Aku kini di sini. Dandelion yang terbang bersama angin. Kami bersama menciptakan keindahan.
Lantas aku akan kembali ke awal.
Saat angin tak lagi membawaku terbang. Saat ia menjatuhkanku dan tak mau mengajakku menari bersamanya. 'Mungkin' akan tiba saatnya.
Aku akan jatuh. Aku akan kembali ke tempat aku datang.
Lalu aku kembali menjadi Dandelion diantara ilalang. Aku kembali terhimpit. Aku kembali nyaris tak terlihat.
Namun hidup tetap berlanjut.
Di antara ketidakmengertianku, aku bahagia.
Aku tetap menjalani siklusku.
Aku kembali mengagumimu.
Aku kembali iri pada bunga-bunga di taman.
Aku kembali menantikan anginku yang baru.
Dandelion putih yang menantikan anginnya. Bersama angin menciptakan keindahan kembali.
Tapi saat ini, bolehkah.. Untuk saat ini aku hanya menikmati keindahan terbang bersama angin dan melupakan dunia?
Bolehkah aku tidak peduli suatu saat angin 'mungkin' akan menjatuhkanku? Hanya aku bersama angin. Keindahan dan kebebasan.
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please