--- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice --- contact me: liaayuka@gmail.com --- follow me: @violettice ---
RSS

Wednesday, August 20, 2014

Kamuku Telah Pulang


Meski rasa sakit itu masih sering terasa tiap aku mengingat kamu. Rasa percaya yang kubangun sejak kamu menyatakan perasaan padaku dan keinginanmu untuk berkomitmen, tak lagi sekokoh dulu. Sebab bola penghancur telah berhasil menghantamnya. Terkadang, diam-diam air mataku menetes hanya karena menyadari bahwa kesetiaanmu tak seperti yang kukagumi. Kecemburuanmu yang membuatku merasa bersalah ketika aku terlanjur menerima bunga dari orang lain seperti keegoisan yang kamu tutupi. Kusadari bahwa kamu egois ketika cemburu sedemikian berlebihannya pada para laki-laki yang mendekatiku, padahal diam-diam kamu mengincar seorang perempuan dan segera meninggalkanku ketika menemukan kesalahanku untuk kamu jadikan alasan.

Kesakitan... Kerapuhan...
Membuatku menyadari bahwa perasaanku terlalu dalam dan tak pantas aku berikan pada seseorang yang belum menjadi imamku. Aku terlalu mengagumi cinta pertama yang ternyata sempat kumiliki menjadi kekasih pertama.

Lalu kamu datang lagi dengan segala kebaikan yang kamu tampakkan. Penyesalan dan tekatmu untuk meminta kepercayaanku sekali lagi. Berharap untuk kembali bersama membangun tembok yang waktu itu kamu hancurkan paksa.
Sebenarnya? Siapa sebenarnya kamu?
Kamu yang berpura-pura baik tapi ternyata kejam?
Atau kamu yang memang baik namun khilaf dan kini kembali seperti dulu?
Harus bagaimana aku menilai kamu, sementara ada dua sosok kamu yang berkebalikan di mataku?

Namun Tuhan mengajariku untuk berpikir positif. Dan aku melakukannya ketika aku melihatmu. Dan kamu adalah yang saat ini menemaniku hampir tiap hari di kamar rumah sakitku. Kamu yang selalu menyemangatiku agar kuat meski harus dioperasi berkali-kali. Kamu yang membuatku tertawa ketika aku masih merasakan sakit hingga aku melupakan rasa sakit itu. Kamu yang sabar ketika aku selalu merengek manja.

Kamuku telah pulang.

Akhirnya aku berada di sini. Dengan perasaan yang sama pada orang yang sama. Aku bisa apa? Ketika hatiku masih menginginkannya, dan otakku masih memikirkannya. Serta nuraniku bersikap bijak untuk memberinya kesempatan kedua. Bukankah setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua? Kami membuka lembaran baru. Aku berusaha menghapus segala tentang perempuan itu yang tak lagi mengganggu hubungan kami. Aku terus berdoa agar kesetiaannya menebal dengan adanya kejadian itu. Aku berusaha memaafkan meski tidak juga mampu melupakan.

Maka sepulang kamu ke rumah di hatiku, rumah itupun kian lama kembali rapi oleh kepulangan kamu. Dan sekembalinya hubungan kita, maka kamu mengajakku merayakan Anniversary yang sempat tertunda.

Terima kasih untuk berbuka bersama kita sambil menikmati cahaya oranye di pantai.
Terima kasih untuk kado Anniv, boneka sebesar kamu yang memang mirip kamu.
Dan... Bolehkah aku jujur?
Aku masih ingin menyandarkan tubuhku dengan kamu yang berbaring bersama diselimuti langit malam. Dalam pantai malam yang penuh angin dingin, dan aku yang masih mengenakan jaketmu, aku mendengar bisikan angin.
Maka diam-diam aku membandingkanmu dengan bintang-bintang di atasku, dan rupanya malam itu sinarmu kembali seterang bintang di langit. Dan aku setuju pada angin pantai, bahwa sepertinya sinarmu saat itu lebih terang, karena kamu berada paling dekat denganku di antara bintang lainnya.
Bukan. Tetapi karena perasaan bahagiamu, menyesalmu dan tekatmu untuk tidak akan mengecewakanku lagi. 

Dalam kegelapan di pantai yang hanya disinari cahaya bintang, aku berdoa...

Tuhan, jangan biarkan bintangku ini meredup lagi.