Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
1. Faktor agama dan iman.
2. Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
4. Perubahan Zaman.
Untuk mengatasainya, Ada beberapa catatan solusi yang patut dilakukan:
1. memperkuat pendidikan agama yang bersifat pengenalan nilai-nilai. Bukan hanya materi, tapi penjelasan nilai-nilai agama dan membiasakannya dalam kehidupan remaja. Di samping itu, bimbingan dan arahan dari orang terdekat kaum remaja juga sangat diperlukan.
2. pendidikan budaya. Harus kembali diwawaskan bahwa bangsa Indonesia berbudaya kental dengan ketimuran, dan bertolak belakang dengan budaya Barat. Hal ini sudah saatnya kembali fokus diajarkan kepada kaum remaja, karena saat ini generasi penerus ini cenderung sudah semakin tidak mengenal jati diri budaya meraka sendiri karena gerusan modernitas.
3. memberi penyuluhan atau pendidikan tentang dunia seksual, tapi bukan menjelaskan tentang cara dan pola hubungan seksual yang aman. Para remaja harus lebih diberi penjelasan dampak negatif dari hubungan seksual.
Menurut Alfikalia M.si, dosen ilmu Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta, perasaan suka, cinta, dan kasih yang biasanya mengawali sebuah hubungan atau pacaran, merupakan sifat alamiah yang kerap muncul pada diri manusia, termasuk remaja. Karena semua orang adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, termasuk dengan lawan jenis, dalam hidupnya. Para remaja membutuhkan perhatian lebih dari orang lain, dan sedang melalui masa pencarian sesuatu yang baru untuk dirinya, termasuk dari lawan jenis. Yang perlu dilakukan terhadap remaja adalah mengarahkan interaksi yang terjadi antar remaja sesuai koridor agama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please