Ada saatnya kita harus memilih
Diantara berkata jujur namun menyakitkan
atau berbohong agar orang tersebut tidak sakit hati
Ketika sebuah masalah dapat menguak masalah lain
Menarik beban-beban yang sudah terkubur
Hanya karena kita salah memilih
Maka saat itu kita hanya mampu mengatakan, 'kebohongan putih'
Kebohongan untuk kebaikan
Dulu kalau aku tak begitu, kini bagaimana aku?
Dulu kalau aku tak di situ, kini di mana aku?
Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku?
Kini kalau aku di sini, kelak di mana aku?
Tak tahu kelak ataupun dulu
Cuma tahu kini aku begini
Cuma tahu kini aku di sini
Dan kini aku melihatmu(Summer In Seoul)
Topeng?
Ya, kadang kita sangat membutuhkannya
Sebab, tidak ada pilihan lain selain menutupinya
Tersenyum, berpura-pura kuat
Tegar, karena itu pilihan terakhir
Pernahkah anda?
Melakukan kebohongan demi orang yang kita sayang?
Beberapa berpendapat,
Sekecil apapun kebohongan itu tetap saja menyakitkan hati
Sebagai pendengar kita pasti lebih memilih dia jujur,
namun saat kita menempatkan sebagai dia,
mungkin tak salah jika ia memilihi berbohong untuk kebaikan.
Kadang kita tak mau tahu,
Tak mau mencoba menempatkan diri,
Mengecamnya agar berkata jujur,
meski sakit tapi itu tidak lebih sakit dari kebohongan
Benarkah?
Kuharap begitu,
Tapi sepertinya mungkin itu tidak selalu benar
Ada kalanya, kejujuran itu jauh lebih menyakitkan
Lalu kita bisa apa?
Seperti memilih antara menusuknya dengan pisau atau langsung menembaknya dengan peluru
Dan sepertinya saya lebih memilih untuk,
menembak diri saya sendiri dengan satu-satunya peluru di pistol
Maksudku,
kuharap menumpahkan kesalahan padaku,
agar seseorang tidak tersakiti, itu perlu
Ada kalanya
Namun tidak selalu
Tidak selalu saya bersedia untuk bunuh diri
Tidak selalu saya mau saja disalahkan.
Tidak selalu... Tidak selalu...
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please